CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 25 Februari 2013

Jurnal TRAUMA VERTEBRA CERVICAL (805)

Download My Jurnal

TRAUMA VERTEBRA CERVICAL (805)
Tujuan utama dari management trauma vertebra adalah :
1.  (Stabilitas vertebra bebas nyeri) Painless stable spine.
2.  Mencegah komplikasi pada medula spinalis.
Gangguan stabilitas ada 2 macam
1.  Gangguan stabilitas permanent :
Bila lesi atau kerusakan lewat diskus atau jaringan lunak. Dalam hal ini perlu mutlak untuk dilakukan stabilisasi anterior, posterior atau kombinasi anterior & posterior terganutng dari kerusakannya.
2.  Gangguan stabilitas temporer :
Kerusakan lewat komponen tulang, tindakan konservatif kecuali ada pendesakan fragmmen ke spinal canal yang mneimbulkan spinal canal enroachment dengan “neorologic deficit” /o:p>
a. Penangan cidera acut cervical tanpa gangguan neurologis.
1.     Cervical sprain derajat I & II oleh karena whiplash injury.

Plain foto cervical AP/Lat tidak tampak kelainan

Pasang collar brace ± 6 mg
Ulangan dinamic foto setelah 3-6 mg post trauma
Untuk melihat adanya chronic instability

Kriteria untuk melihat adanya instability secara radiologis
a.     Dislokasi facet > 50%
b.     Loss of paralelisme dari facet joint
c.      Vertebrae body angles > 110 pada posisi flexi
d.     Widening interspinosus space
e.      Pelebaran ADI (Atlanto Dental Interval) > 3,5 masing-masing pada dewasa dan > 5 masing-masing pada anak-anak.











Catatan :
X-ray dynamic dikerjakan dnegna image intensifier atau dengan hati-hati memflexikan leher penderita dan dibuat foto polos lateral pada vertebrae cervicalis (dikerjakan oleh yang berpengalaman).

f.       Pelebaran body mass CI terhdap corpus cervical II (axis) > 7 masing-masing pada foto AP
3.     Dislokasi cervical spine
-               Sebaiknya dilakukan emergency closed reduction dengan atau tanpa anaesthesia, dianjurkan tanpa anaesthesia cukup dengan premedikasi.
Keuntungannya : masih ada kontrol otot-otot leher yang dapat mencegah over stretching dari spinal cord.
-               Reposisi dilakukan dnegan pertolongan image intensifier proyeksi lateral. Bila fasilitas tidak ada, sebaiknya dikerjakan gradual traksi dengan pemasangan crutch field dengan bnadul bertahap dan kontrol x-ray proyeksi lateral.
SURGERY :
Tujuan stabilisasi :
1.     Stabilisasi mutlak diperlukan untuk mencegah kerusakan spinal cord akibat instability
2.     Pada kondisi yang stabil, penyembuhan jaringan lunak akan lebih baik
Indikasi operasi :
-         Instability (C.I < 2)
-         Spinal canal enroachment > 30%
-         Neurologic deficit (complete/incomplete)
Waktu operasi : dianjurkan urgent dalam periode 24-48 jam bukan emergency (6-8 jam) atau late lebih 1 minggu post trauma.
Surgical approach :
-   Anterior untuk : herniasi diskus dan burst fracture yang menimbulkan canal enroachment tanpa posterior ligamentum instability
-   Posterior untuk : bilateral facet dislocation yang disertai putusnya posterior ligament complex.
3. Fracture of the atlas (JeffersonÂ’ fractures) (805.01)
a.           MOI : axial loading : menghasilkan bursiting fracture os atlas dengan displacement fragment secara sentripetal.
b.           Sign & symptoms :
- Nyeri leher bagian atas atau occipital neuralgia dan torticolis
-               Kadang-kadang tidak dapat mempertahankan kepala dalam posisi tegak (sense of instability) kepala ditopang dengan kedua tangan
-               Deficit neurologis sangat jarang terjadi oleh karena terdapat disporporsi yang besar antara spinal cord  dan spinal cana l pada cervical bagian atas.
-               Bila terdapat kelumpuhan biasanya dalam bentuk pentaplegia yang berakibat fatal dan penderita tidak sempat masuk rumah sakit.
c.            Diagnostik :
-               Foto standard AP (open mouth view) terjadi displacement body mass
-               Foto lateral : fraktur dari arcus posterior
-               CT-scan
d.           Therapy :
-               Konservatif dengan minerva jacket atau halo traction selama 3 bulan.
-               Operatif : bila disertai denagn ruptur ligamnet transversum   dilakukan stabilisasi posterior dengan posterior fusion antara occipital, vertebrae cervical 1 & vertebral cervical 2
-               Rupture ligamen : transversum bisa dilihat padafoto AP terdapat “lateral displaceme nt dari body mass CI terhadap C2 > 7 masing-masing.
4. Fracture os odontoid 805.02 (3)
a.     MOI : kejatuhan benda berat dikepala kil
b.     Sign & symptoms :
-               Nyeri pada setiap pergerakan leher
-               Nyeri pada leher bagian belakang : occipital neuralgia
-               Torticolis dan occipito cervical instability
-               Neurologic deficit akibat ternagsangnya n. occipitalis mayor dan menimbulkan occipital neuralgia atau rasa tebal pada daerah occipital
-               Penyulit : pentaplegia akibat penekanan batang otak oleh odontoid        berakhir dengan kematian.
c.      Diagnostik :
-               Foto proyeksi AP / lat
-               Tomografi AP/lat
-               Kalau perlu dikejakan dinamic x-ray untuk memastikan ada tidaknya instability
Pada proyeksi lateral : terjadi instability bila ADI > 3,5 mm pada dewasa, ADI > 5 mm pada anak-anak.
Pada foto proyeksi open mouth menurut Anderson & Alanzo dibagi 3 type :
Type I : fracture diujung odontoid
Type II : fracture dibasis odontoid : paling sering terjadi non union
Type III : fracture ditubuh C2 (body of C2) (805.02) (8)
d.     Therapy :
-               Konservatif : immobilisasi dengan crutch field, kemudian dilanjutkan dengan minerva jacket selama 2-3 bulan.
-               Operatif : bila terdapat instability C1 & C2
5. Traumatic spondylolisthesis of the axis (HangmanÂ’s fracture) (805.02) (1)
a.     Definisi :
Fraktur dislokasi pedikel vertebrae C2
b.     MOI :
Axial loading pada posisi extensi cervical putusnya part, inter articular VC2 putusnya anterior longitudinal ligament robeknya diskus anterior C2 & C3 serta pelebaran part, interarticular & pergeseran ke posterior instability
c.      Diagnostik :
Foto proyeksi lateral : terdapat fraktur part interarticularis dengan subluksasi anterior dari VC1 dan body vertebrae C2 terhadap C3.
d.     Therapy :
-         pada type I & II (stabil) dapat konservatif dengan minerva jacket, four boster brace atau halo cast selama 8-12 mg.
-         Pada type III dimana terjadi dislokasi terhadap C3 dilakukan operatif denagn stabilisasi interval.
6. Lower cervical spine injury (VC3 Â 7) (805.03-805.07)
a. MOI : - axial loading    fracture kompresi p>
-   hyperflexi
-   whiplash injury (extensi & diikuti flexi)
-   distraksi & rotasi
b. Type fracture :
-   Type vertikal
-   Type kompresi
-   Unilateral facet dislokasi
-   Bilateral facet dislokasi
-                                             Tear drop
-   Â“clay schoveler” fracture /o:p>
c. Sign & Symptom
-   Nyeri leher pasca trauma, kaku leher dan gangguan pergerakan oleh karena spasme otot-otot pada vertebral.
-   Bila terdapat lesi spinal cord, antara lain :
·        anterior cord syndrome
·        brown sequard syndrome
·        complete transection
·        central cord syndrome
d. Diagnostik :
Tidak jelas
 
- Foto cervical standard AP/lat

Terdapat instability bila :
 
Dynamic cervical proyeksi lateral

·        displacement facet joint > 50%
·        loss of paralelisme dari facet joint
·        vertebrae body angle > 110
·        pelebaran interspinosus
·        
Bila tidak jelas
 
pergeseran vertebrae body ke anterior > 3,55 mm

Tidak jelas
 
Tomogram


CT-scan dengan atau tanpa kontras
MRI
3 TD (tri dimentional tomogram)
e.      Therapy :
- stabil misal pada tepy kompresi   Â Â Â Â Â Â  koservatif dengan              collar brace minerva jacket 8-12 mg.
Harus dievaluasi radiologis agar tidak timbul kyphosis deformity
              < static & neurologis
- operatif : pada type kompresi dengan kyphosis pada dislokasi.
7. Dislokasi cervical bawah
a. MOI : sering pada “whiplash       terjadi robekan komponen posteio mplex & herniasi discus.
b. Sign & Symptom :
-         Nyeri leher yang menjalar kebahu dan kedua lengan pergerakan leher terbatas oleh karena spasme otot-otot paravertebral
-         Kelumpuhan keempat anggota gerak oleh karena penekanan atau penyempitan spinal canal atau herniasi discus
-         Gangguan dapat berupa :
·        brown sequard misal pada unilateral facet dislokasi.
·        Anterior facet syndrome
·        Complete transection
·        Central cord syndrome
c. Diagnostik
-         
Bila tidak tampak oleh karena auto reposisi
 
foto standard cervical AP/lat

-         dynamic lateral atau
-         test white (traksi leher 3-5 kilo dan dikontrol apakah ada “pelebaran interdista l pada foto atau image intensifier proyeksi lateral
-         Myelografi dikerjakan bila ada kecurigaan herniasi diskus
-         CT scan with/without contras
-         MRI
d. Therapy :
-         Mutlak perlu stabilisasi setelah reposisi
-         Posterior stabilisasi & fusi : bila tidak ada herniasi discus
-         Anterior dekompresi dilanjutkan posterior fusi dan stabilisasi bila ada herniasi discus
-         Tidak pernah dilakukan laminectomy
e. Revaliditas :
- Cidera cervical dengan neurologic deficit diatas segmen thoracal akan terjadi gangguan sistem sympatis

Harus diperhatikan sistem respirasi, pencernaan, urogenital, kulit dan masalah kejiwaan.

Multidisplinier approach
f. Prognosa :
- Baik bila : type stabil tanpa gagguan neurologis incomplete neurology deficit pada brown sequard & central cord syndrome
- Jelek bila complete transection & anterior cord syndrome


Kepustakaan
1.     Bucholz, RW. et al : Orthopaedic Decision Making, Toronto BC, Decker, 1894
2.     Prijambodo B. : Penatalaksanaan Cedera Cervical, MOI Vol. 21 No. 2 Des. 92, p. 55-67


Tidak ada komentar:

Posting Komentar